Maraknya perburuan “Batu Klawing” asal Purbalingga dapat mengancam kerusakan lingkungan serta kerusakan situs cagar budaya. Disamping itu, masih kurangnya kajian geologi yang lebih detail (lengkap) terhadap potensi batu tersebut. Karena itu, Pemerintah Kabu-paten (Pemkab) Purbalingga akan menggan-deng Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, melakukan kajian geologi serta pengem-bangan potensi “Batu Klawing”.
“Usulan itu sudah kami ajukan ke bupati dan jajaran terkait. Apabila disetujui, kami akan segera koordinasi dengan Kementerian ESDM untuk melakukan kegiatan tersebut,” terang Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Purbalingga, Sigit Subroto di Pendapa Dipokusumo, Selasa (10/2).
Sigit mengatakan, selain agar terlaksananya pengawasan serta pengendalian, perburuan batu Klawing. Diharapakan tujuan dari kegiatan tersebut untuk menyusun kajian geologi, memberikan sosoialisasi, serta memberikan bantuan sarana dan prasarana dan teknologi pengolahan batu Klawing kepada masyarakat.
“Tujuan dari kajian itu, adalah untuk mengetahui lebih jauh, tentang potensi batu Klawing di Purbalingga secara geologi serta mencari solusi pengembangannya. Disamping itu juga agar potensi batu tersebut, memberikan nilai positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Karena kegiatan tersebut meru-pakan bagian dari program pengembangan potensi gelologi, bahan tambang serta air bawah tanah bidang energi dan sumber daya mineral. Maka kegiatan tersebut akan dilaksanakan oleh Kementerian ESDM RI,” tuturnya.
Sigit menambahkan, anggaran yang dibutuhkan untuk kegiatan kajian tersebut Rp 500.000.000. Anggaran tersebut digunakan untuk kajian geologi 200 juta, sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat tentang potensi 50 juta, penga-wasan serta pengendalian perburuan 50 juta.
“Sedangkan bantuan sarana prasarana teknologi pengolahan batu sebesar 150 juta. Sumber dana kegiatan kajian tersebut, direncanakan dari APBN tahun 2015,”jelasnya.
Menurut Sigit, permasalahan yang dihadapi terkait potensi “Batu Klawing” di Purbalingga adalah masih kurangnya kajian geologi yang lebih detail batu tersebut. Disamping itu, masih adanya ma-syarakat yang menjual batu Klawing bentuk mentah dengan harga murah ke luar daerah.
“Perburuan batu Klawing yang mengancam kerusakan lingkungan serta kerusakan situs cagar budaya, serta masih kurangnya sarana, prasarana dan teknologi juga menjadi perma-salahan hingga saat ini,” jelasnya.
Batu Klawing, sambung Sigit, dalam ilmu batu atau geologi adalah jenis batu mulia yang termasuk kelompok mineral kuarsa dengan rumus kimia SiO2.
“Pesona batu tersebut terletak pada variasi serta warnanya yang beragam, kandungan gambarnya menarik, mineral pirit tersebar di banyak contoh batuan dan cadangannya cukup banyak. Sedangkan jenis batu Klawing antara lain, Jasper Nogo Suwi, Jasper Pancawarna, Jasper berlapis, Jasper bergambar. Dan sebaran batu tersebut terdapat di daerah aliran sungai (DAS) Klawing, terutama di perbukitan bagian utara wilayah Kabu-paten Purbalingga yang masuk pegunungan Serayu utara,” ujarnya.
Pemkab Usulkan Kajian Ke Kementerian ESDM
Salah seorang perajin besar batu hias dan batu akik Klawing, Bayu “Raja Klawing” meminta pemerintah kabupaten (Pemkab) Purbalingga segera merealisasikan adanya pasar batu di Purbalingga. Pasar batu tersebut nantinya diisi seluruh perajin batu akik di Purbalingga sehingga pemasaran batu akik Klawing dapat terpusat di suatu tempat.
“Untuk mendongkrak pemasaran memang yang terbaik harus ada pasar batu dimana seluruh komunitas batu di Purbalingga berkumpul di pasar itu. Soal tempat monggo terserah pemda mau dibangun dimana,” ujar Bayu, saat ditemui di rumah sekaligus bengkel dan showroom batu Klawing yang belokasi di Desa Kembangan Kecamatan Bukateja, Purbalingga, Selasa (10/2).
Bayu mengusulkan agar di lokasi pasar batu tersebut dilengkapi se-macam museum batu Klawing. Harapannya keberadaan museum itu akan lebih menarik perhatian pecinta batu sehingga mereka akan berkunjung sekaligus menjadi pembeli batu akik Klawing.
Bayu sendiri, saat ini merupakan pengusaha dan perajin batu Klawing yang menjadi salah satu rujukan bagi para perajin baru di wilayah Purbalingga. Bahkan perajin batu dari Purwokerto dan Banjarnegara tak jarang yang kulakan bahan batu Klawing di bengkelnya.
Dia mengaku, awal usahanya bermula dari kesenangan mengumpulkan batu kali meski tak tahu akan diapakan batu-batu itu. “Itu sejak tahun 2010. Saya baru tahu dari seorang teman kalau batu yang saya kumpulkan bisa menjadi hiasan. Kemudian mencari orang yang bisa menggosok batu menjadi mengkilap. Sejak itulah saya menekuni bisnis batu biseki atau batu hias,” jelasnya.
Wacana pembuatan pasar batu atau sentra penjualan batu akik Klawing diungkapkan Bupati Sukento Rido Marhaendrianto, saat mengukuhkan Paguyuban Pecinta dan Pelestari Batu Akik Klawing, di Pendapa Dipokusumo, awal November lalu.
Menurut Bupati, tren batu akik Klawing perlu ditangkap menjadi peluang usaha guna me-ningkatkan kesejah-teraan masyarakat. Untuk itu perlu dibangun sebuah sentra penjualan batu akik Klawing seba-gai fasilitasi pemkab terhadap kendala pemas-aran para perajin.
Ketua Paguyuban, Cahyono atau lebih dikenal dengan nama Jojo Sindunala juga mendukung adanya sentra penjualan di Purbalingga. Hal itu untuk meberikan pasar bagi para perajin batu akik yang kini bermunculan di mana-mana. Jumlahnya, lanjut Jojo, melonjak tajam dari awalnya hanya tiga ratusan perajin, kini sudah mencapai ribuan.
“Kami dari paguyuban juga berupaya menangkap peluang pemasaran di tingkat nasional, dengan adanya tawaran pengelola pasar Permai Koja, Jakarta Utara. Sudah ada 38 perajin yang siap mengisi dari 40 kios yang ditawarkan dan rencananya akan launching mulai 18 Februari mendatang,” jelas Jojo.
Jojo melanjutkan, Jakarta Klawing Centre yang berada di Pasar Permai Blok B Lantai 3, Koja, Jakarta Utara, merupakan terobosan pemasaran yang dilakukan paguyuban. Upaya tersebut mendapat dukungan penuh Bupati Sukento dan dinas terkait seperti Dinperin-dagkop dan Bappeda.
“Rencananya saat pembukaan nanti, kami juga mengundang Bapak Bupati untuk mengha-diri acara itu,” tambah-nya.(* / TRI)
No comments:
Post a Comment