Indonesia Tolak Gerakan ISIS

Menanggapi perkembangan terkait indikasi masuknya ideologi yang diusung Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yaitu dengan terungkapnya pembaiatan pada gerakan ISIS di sebuah masjid di Dusun Sempu Kabupaten Malang Jawa Timur pada 20 Juli,  Pemerintah RI menggelar rapat terbatas pada 5 Agustus lalu. Seusai rapat, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Djoko Suyanto menyampaikan hasilnya bahwa, "Pemerintah dan negara menolak dan tidak mengizinkan paham Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) atau Islamic State (IS) berkembang di Indonesia, karena tidak sesuai dengan ideologi Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan kebhinekaan kita di dalam naungan NKRI".
Lebih lanjut dijelaskan bahwa alasan penolakan ISIS bukanlah menyangkut masalah agama, melainkan ideologi atau keyakinan yang dianggap bertentangan dengan ideologi negara Indonesia yaitu Pancasila.
SEPAK TERJANG ISIS 
Berdasarkan catatan wikipedia, ISIS terbentuk dari gejolak dalam negeri di Irak dan Suriah. Diawali pada 18 Maret 2003, ketika Pasukan Koalisi yang dipimpin AS menyerang Irak karena dianggap membuat senjata pemusnah masal, pemerintah Irak pimpinan Saddam Hussein akhirnya dikalahkan pasukan Koalisi. Namun sekelompok rakyat Irak yang terhimpun dalam beberapa kelompok gerilyawan memilih untuk bertahan dan melakukan perang gerilya dengan tujuan melepaskan negerinya dari campur tangan pasukan asing.
Pada 15 Agustus 2005, kelompok tersebut mempersatukan diri dan membentuk Majelis Syura Mujahidin. Berawal dari majelis inilah lalu pada 13 Oktober 2006 mereka mendeklarasikan Negara Islam Irak dengan Abu Umar al-Baghdady sebagai pemimpinnya. Abu Umar akhirnya tewas dalam suatu pertempuran, dan digantikan oleh Abu Bakar al-Baghdadi sejak 15 Mei 2010.
Ketika itu terjadi “revolusi” di sejumlah negara di Jazirah Arab, termasuk beberapa negara di Afrika Utara seperti Mesir, Tunisia, dan Libya. Kondisi Suriah pada waktu itu juga sedang dilanda demonstrasi besar-besaran yang menuntut turunnya pucuk pimpinan Suriah, yaitu Presiden Bashar Assad. Tetapi tuntutan rakyat Suriah pada masa itu justru disambut dengan aksi kekerasan oleh tentara Suriah. Akibatnya, rakyat Suriah pun melakukan perlawanan dengan membentuk kelompok-kelompok bersenjata. Kelompok-kelompok ini mendapat bantuan dari para pejuang di luar negeri, termasuk dari kelompok yang dipimpin Abu Bakar al-Baghdady. Kelompok pejuang rakyat Suriah akhirnya mampu membebaskan beberapa kota termasuk wilayah perbatasan dengan Irak, sehingga menyatulah beberapa kota di Irak dan Suriah di bawah kendali Abu Bakar al-Baghdady. Pada 9 April 2013 mereka lalu mendeklarasikan Negara Islam Irak dan Suriah dengan nama Islamic State of Iraq and Levant (ISIL), beberapa waktu kemudian namanya diubah menjadi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dengan pimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi.


Dengan menggunakan senjata rampasan dari tentara Irak dan Suriah, dan dukungan kelompok Al-Qaida serta dukungan keuangan kalangan yang menentang kepemimpinan Bashar Assad dan Amerika, aksi kelompok ISIS pada Maret 2013 ISIS berhasil menguasai kota Raqqa di Suriah, kemudian pada Januari 2014 menguasai Fallujah di Irak, kemudian kota Ramadi di perbatasan Turki dan Suriah, dan menguasai Mosul sejak Juni lalu.
ISIS dalam setiap aksinya ternyata memberlakukan hukuman yang keras kepada warga yang kotanya diduduki. Kepada yang berbeda keyakinan, seperti kepada penganut Kristen dan kelom-pokYazidi, ISIS memberi 3 ultimatum yaitu pindah agama, membayar pajak agama yang sangat tinggi, atau yang ketiga meng-hadapi hukuman mati jika berani melawan ISIS. Bahkan kepada sesama muslim yang dianggap tidak sependapat, mereka juga bertindak keras. ISIS tidak ragu-ragu untuk menghancurkan situs-situs religi, Masjid, Gereja kuno  dan bahkan situs-situs religi yang dihormati oleh kaum muslim, kaum Yahudi dan kaum Nasrani yaitu Makam Nabi Seth.
Pada awal Agustus ini ISIS telah berhasil menduduki kota Arsal di Lebanon. Ribuan warga kota Arsal terpaksa berlarian meninggalkan tempat tinggalnya karena takut akan aksi kekerasan anggota ISIS. ISIS yang juga dikenal dengan sebutan Islamic State (IS) atau Daulah Islamiyah yang artinya Negara Islam, terus berusaha memperluas wilayahnya dengan menguasai kota Sinjar di Irak yang didiami warga kelompok Yazidi penganut kepercayaan pra-Islam yaitu Zoroastrianisme yang berkembang pada zaman Mesopotamia. ISIS memburu kelompok Yazidi karena mereka dianggap sebagai penganut aliran sesat oleh ISIS.
Seperti dilansir oleh Republika On Line pejabat Kementerian Hak Asasi Manusia Irak yaitu Moham-mad Shia al-Sudani, mengatakan bahwa militan ISIS  telah membunuh sekitar 500 anggota etnik minoritas Yazidi selama serangan di daerah utara Irak. Mereka bahkan membakar beberapa korban hidup-hidup. Termasuk di antaranya perempuan dan anak-anak. Kantor berita Reuters juga melaporkan, lebih dari 300 wanita Yazidi telah diculik ISIS dan dijadikan budak.
"Kami mendapatkan kesaksian dari orang-orang Yazidi yang lari dari Sinjar," ujar Al Sudani. "Beberapa mengatakan sedikitnya 500 pengikut Yazidi ditangkap dan dibantai saat Sinjar jatuh ke tangan ISIS. Mereka yang melarikan diri dikejar dan dibunuh. ISIS membantai setidaknya 500 warga etnis minoritas Yazidi, beberapa diantaranya dikubur hidup-hidup.
“Kami punya bukti-bukti yang dibawa dari orang Yazidi yang lari dari Gunung Sinjar dan beberapa yang lolos dari maut, dan juga foto-foto yang menunjukkan bahwa ISIS telah membantai 500 orang Yazidi setelah menguasai Sinjar,” kata Sudani, seperti juga dilaporkan oleh kantor berita Reuter.
Tak ingin menjadi korban kekerasan kelompok ISIS,  warga Sinjar dari kelompok Yazidi pun melarikan diri ke pegunungan Sinjar yang tandus di Irak Utara.
Kepala Unicef wilayah Kurdi di Irak Will Parks menyebutkan bahwa para pengungsi itu tinggal di udara terbuka, tidak ada pepohonan, tidur pun di alam terbuka.Tidak punya cukup makanan, air dan persediaan obat-obatan. Mereka terancam kelaparan dan dehidrasi karena kurangnya pasokan makanan dan minuman di pegunungan. Ironisnya, sebagian dari warga yang menyelamatkan diri ke pegunungan adalah para lansia dan anak-anak.
Badan dari PBB yang bekerja untuk membantu anak-anak atau Unicef memperkirakan ada 50 ribu orang yang lari ke pegunungan Sinjar.
Gerakan kelompok ISIS membawa bencana kemanusiaan bagi warga di Irak, Suriah dan Lebanon. Puluhan ribu orang terpaksa mengungsi dan terancam kelangsungan hidupnya. Disebutkan, sudah ada 40-an anak yang tewas di tempat pengungsian mereka di pegunungan tandus di Sinjar,  karena mereka sakit atau kelaparan. Laporan terakhir, pada Minggu (10/8) anggota parlemen Irak dari etnis Yazidi, Vian Dakhil, menyata-kan bahwa Pemerintah Irak dengan bantuan pasukan Kurdi telah berhasil menyelamatkan setidaknya 20 ribu orang Yazidi dari pegunungan Sinjar, tapi ribuan lainnya masih harus diselamatkan.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon sudah menyerukan kepada dunia internasional untuk membantu warga Irak yang menjadi korban kekerasan kelompok teror ISIS.
Bantuan dengan jumlah terbatas sudah mulai dikirimkan melalui udara oleh pemerintah Irak, dengan dibantu oleh pasukan Inggris dan AS.
Ketua Liga Arab Babil al-Arabi menyebut tindakan ISIS sebagai kejahatan kemanusiaan. “Kejahatan teroris ini sama dengan kejahatan terhadap kemanusiaan yang tak bisa diabaikan. Para pelaku harus dimintai tanggungjawab dan dibawa ke pengadilan internasional,” kata Arabi seperti dilaporkan detik.com dan kantor berita AFP.
Siapapun tentu tidak ingin aksi kekerasan ISIS yang menyebabkan bencana kemanusiaan ini menyebar ke daerah lain, terlebih di Indonesia dimana paham ini mulai masuk dan menyebar.

UMAT ISLAM INDONESIA MENOLAK ISIS
Kekhawatiran bahwa kelompok ISIS mengembangkan pengaruhnya disampaikan sejumlah tokoh Islam di Indonesia. Mereka sependapat bahwa ISIS yang melakukan aksi kekerasan dalam menyebarkan pengaruhnya tidak sesuai dengan ajaran Islam. Seperti dilaporkan oleh stasiun televisi Metrotv Khatib Suriah PBNU Masdar F. Mas'udi mengatakan "Dengan membantai orang lain, menyangkal hak hidup orang lain secara semena-mena itu jelas secara prinsip normatif dan moral, tidak dapat dibenarkan. Hanya karena beda keyakinan, beda paham, beda aliran politik lalu dianggap tidak punya hak hidup, itu sama sekali tidak dapat diterima”.
 Sementara itu, Ketua Umum PBNU Said Agil Siradj mengatakan “ISIS juga sudah ditolak oleh ulama-ulama besar di seluruh penjuru dunia. Atas dasar tersebut NU menolak, dan mengajak masyarakat untuk ikut menolak ISIS, karena ISIS akan mengancam keutuhan NKRI, bertentangan dengan Pancasila dengan semangat Bhineka Tunggal Ika,” demikian seperti dilansir pada inilah.com.
Sedangkan Ketua MUI Din Syamsuddin menyerukan kepada ormas, lembaga Islam, juga tempat-tempat ibadah, musholla, masjid, dsb. untuk meningkatkan kewaspadaan agar jangan sampai tempat-tempat ibadah disalah-gunakan oleh kelompok-kelompok yang mengatasnamakan Islam untuk kepentingan yang bertentangan dengan prinsip ajaran Islam.

PENEGAKAN HUKUM BAGI PENGIKUT ISIS
Sejumlah tindakan telah dilakukan polisi. Kapolri Jenderal Sutarman mengatakan mereka telah menangkap 2 orang yang diduga anggota kelompok teror Santoso pada 8 Agustus lalu di Ngawi Jatim. Brigjen Sutarman mengatakan 2 orang tersebut diduga terkait jaringan ISIS mengingat selama ini kelompok Santoso terdeteksi Polisi sudah mendeklarasikan dukungannya kepada kelompok pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi. Di samping itu, Kepolisian RI pun sebelumnya sudah mengidentifikasi orang yang terdapat dalam video propaganda ISIS yang diunggah melalui website youtube, yang berisi ajakan kepada WNI untuk bergabung ke dalam kelompok tersebut. Polisi menyebut, pria yang dalam video itu menggunakan nama Abu Muhammad al-Indonesi sebagai WNI berinisial B atau Bahrunsyah. Sejumlah situs yang menyebarkan pengaruh ISIS juga sudah diblokir oleh Kementerian Informasi.

WARGA BERBAGAI DAERAH TOLAK ISIS
Di sejumlah daerah, kampanye penolakan penyebaran pengaruh ISIS berlangsung dengan melibatkan tokoh agama, pemerintah lokal dan warga setempat. Misalnya di Cianjur, sekitar 500  ulama, tokoh masyarakat telah mendeklarasikan penolakan terhadap  ISIS. ***
Sumber: metrotv/ republika online/inilah.com /detik.com / AFP /Reuter

No comments: